Jumat, 28 Mei 2010

Konformitas

A. Pengertian konformitas

Ada beberapa pengertian konformitas menurut para ahli, yaitu:

Konformitas menurut Brehm dan Kassin adalah kecenderungan untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok

Menurut Stanley Milgram (1975) konformitas adalah perilaku yang mengikuti suatu kelompok yang didorong oleh keinginan individu itu sendiri, dimana kelompok tersebut tidak memiliki suatu hak yang spesial untuk mengarahkan tingkah laku individu tersebut.Menurut Soerjono Soekanto konformitas berarti penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan norma dan nilai masyarakat. Jon M Shepard mendefinisikan Conformity sebagai “the type of social interaction in which an individual behaves toward others in ways expected by the group”. Jadi konformitas adalah seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan merupakan bentuk interaksi yang di dalamnya kelompok

M. Sherif, konformitas berarti keselarasan,kesesuaian perilaku individu-individu anggota masyarakat dengan harapan-harapan masyarakatnya, sejalan dengan kecenderungan manusia dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial.

B. Tujuan konformitas

1. Untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok

2. Agar seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompoknya .

3. Untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman.

4. Seseorang akan merasa lebih diterima oleh kelompok jika bertingkah laku dan bersikap sesuai dengan lingkungan sekitar.

C. Manfaat konformitas

1. Sesuatu yang diharapkan dan diinginkan akan didapat dengan adanya konformitas

2. Seseorang dapat berprilaku sesuai dengan yang diharapkan kelompoknya

3. dapat terubahnya persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dengan norma kelompok

D. Ciri-ciri konformitas

Konformitas sebuah kelompok acuan dapat mudah terlihat dengan adanya
ciri-ciri yang khas. Sears (1991:81-86) mengemukakan secara eksplisit bahwa

konformitas remaja ditandai dengan hal sebagai berikut:

1. Kekompakan
Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan seseorang tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan seseorang dengan kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut.

2. Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga seseorang harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok.

3. Kepercayaan
Penurunan melakukan konformitas yang drastis karena hancurnya
kesepakatan disebabkan oleh faktor kepercayaan. Tingkat kepercayaan

terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat,

meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila

dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Bila seseorang

sudah tidak mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka hal ini dapat mengurangi ketergantungan individu terhadap kelompok sebagai sebuah kesepakatan.

4. Persamaan Pendapat

Bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat dengan anggota kelompok yang lain maka konformitas akan turun. Kehadiran orang yang tidak sependapat tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan yang dapat berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok. Jadi dengan persamaan pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin tinggi

5. Ketaatan
Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada seseorang membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga. Tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman adalah salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan. Dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan menimbulkan ketaatan yang semakin besar.

E. Jenis konformitas

Bentuk konformitas seseorang terhadap orang yang mempengaruhinya berbeda-beda bergantung pada siapa dan bagaimana proses pengaruh sosial itu dilakukan. Ada beberapa tipe konformitas, yaitu:

1. Tipe konformitas membabi Buta. Jika konformitas itu diwarnai sikap masa bodoh dalam arti meniru atau mengikuti apa yang menjadi kemauan orang lain tanpa pemahaman ataupun penghayatan, tanpa pertimbangan, pemikiran dan/atau perasaan.

2. Tipe konformitas identifikasi. Jika konformitas diwarnai dengan kharisma dari orang yang mempengaruhi sehingga seseorang yang dipengaruhi percaya, mengakui, menerima, tanpa rasa takut akan sanksi atas sikap non-konformitasnya, dan juga tanpa harapan akan imbalan atas sikap konformitasnya

3. Tipe konformitas internalisasi. Jika konformitas diwarnai sikap kebebasan untuk menentukan konformitas atau non-konformitas dengan didasarkan pertimbangan rasio, perasaan , pengalaman, hati nurani, dan semangat untuk menentukan pilihan-pilihan dalam bersikap dan bertingkah laku

Jenis konformitas yang lain adalah:

1. Compliance yaitu konformitas yang benar-benar bertentangan dengan keinginan kita, dilakukan untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman

2. Acceptance, yaitu ada beberapa hal yang dapat kita jadikan alasan untuk melakukan konformitas tersebut, tidak sepenuhnya kita ingkari

F. Sebab terjadi konformitas

Menurut penelitian Rahayu Sumarlin tahun 2009, bahwa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya konformitas adalah:

1. Memiliki ikatan yang kuat terhadap kelompoknya

2. Merasa bahwa kelompoknya merupakan hal yang penting dalam hidupnya dan sangat besar pengaruhnya

3. Ukuran kelompok karena besarnya jumlah anggota kelompok yang sangat berpengaruh dan cenderung untuk lebih memilih anggota kelompok dengan jumlah yang banyak

4. Suara bulat karena lebih memilih keputusan bersama dari pada memperhatikan pendapat sendiri

5. Status karena tingginya status seseorang yang ada dikelompok dianggap bisa dijadikan contoh karena ada sesuatu hal yang lebih dari orang tersebut

6. Tanggapan umum seperti lebih percaya fakta dari pada kabar yang baru didengar

7. Komitmen umum seperti tidak mempunyai komitmen terhadap siapapun

8. Pengaruh informasi karena subjek bisa memperoleh informasi dari kelompoknya tersebut

9. Kepercayaan terhadap kelompok karena subjek sudah mengenal lama kelompoknya sehingga subjek percaya terhadap pendapat kelompoknya

10. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian diri sendiri karena merasa tidak percaya diri dan tidak yakin kepada diri sendiri sehingga membuat subjek menjadi bergantung kepada teman-temannya

11. Rasa takut terhadap celaan sosial dan penyimpangan seperti mau melakukan apa saja untuk kelompok agar tidak disisihkan dan di cela

Hal-hal yang mempengaruhi adanya Konformitas menurut David O. Sears, Jonathan L.Freedman, L.Anne Peplau , 1985 adalah:

1. Kurangnya Informasi. Orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui; dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan memeperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.

2. Kepercayaan terhadap kelompok. Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok

3. Kepercayaan diri yang lemah. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin tinggi tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika dia merasa yakin akan kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin turun tingkat konformitasnya

4. Rasa takut terhadap celaan sosial. Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya. Tetapi, sejumlah faktor akan menentukan bagaimana pengaruh persetujuan dan celaan ibi terhadap tingkat konformitas individu.

5. Kekompakan kelompok. Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi.

6. Kesepakatan kelompok. Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas.

7. Ukuran kelompok. Konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat, setidak-tidaknya sampai tingkat tertentu. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilder (1977) disimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas (independent opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh utama

8. Keterikatan pada penilaian bebas. Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan. Atau dengan kata lain keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat.

9. Keterikatan terhadap Non-Konformitas. Orang yang, karena satu dan lain hal, tidak menyesuaikan diri pada percobaan-percobaan awal cenderung terikat pada perilaku konformitas ini. Orang yang sejak awal menyesuaikan diri akan tetap terikat pada perilaku itu

G. Akibat konformitas

1. Perilaku yang berbeda dari aturan kelompok dianggap suatu pelanggaran walaupun seseorang berprilaku benar

2. Ada suatu “tekanan” yang tidak kelihatan dari lingkungan sekitar yang memaksa seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan kelompok .

3. Karakter dan ciri diri sendiri menjadi hilang ditelan ganasnya gelombang konformitas itu

H. Cara terjadinya konformitas

1. Menurut ( Ross, Bierbauer & Stoffman, 1976 ) pada teori Social Comparison Theory, seseorang akan konform dengan kelompoknya karena ia menilai bahwa kelompok tersebut benar, dan dia merasa takut kalau ditolak.

2. Kemungkinan lain terjadinya konformitas adalah karena adanya konflik. Apabila ada perbedaan pendapat antara seseorang dengan kelompoknya maka akan timbul perasaan tidak enak. Dalam kondisi demikian, jelas yang paling aman adalah konformitas

I. Kasus

Kasus I

Bagi para remaja yang sedang mencari identitas, salah satu cara untuk melakukan identifikasi adalah melalui dengan kelompok teman sebaya, yang memiliki kesamaan. Remaja cenderung mengikuti nilai-nilai yang ada dalam kelompok tersebut, kecenderungan tersebut dikenal dengan konformitas. Salah satu bentuk ujud nyata dari konformitas yaitu intensi membeli handphone terbaru. Dengan memiliki handphone dengan merk dan fasilitas canggih yang sama dengan kelompok maka kehadiran remaja tersebut dalam kelompok akan lebih diterima.

Baik remaja putra maupun putri pasti melakukan konformitas dengan kelompok. Apalagi pada zaman ini handphone sudah dapat dipakai oleh semua kalangan, termasuk remaja sebagai salah satu konsumen yang terbesar. Dimana model handphone sekarang sangat trendi dan juga ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang canggih. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu sorotan bagi remaja yang selalu mengikuti mode-mode terbaru. Dengan memakai produk-produk terbaru maka remaja akan merasa tidak ketinggalan zaman. Apalagi memiliki handphone yang sama dengan yang kelompok pakai baik merk dan fasilitas canggih yang dimiliki handphone tersebut, akan menjadi suatu kepuasan psikologis bagi remaja tersebut, dan kehadirannya dalam kelompok tersebut diakui

Kasus II

Di dunia blog juga seperti itu. Saya yakin banyak yang konform agar dapat diterima oleh komunitas “maya” tempatnya bergabung. Banyak yang mengikuti dan menjadi “antek-antek” dari seseorang yang dianggap sebagai “hero” dan dipersepsikan sebagai suara yang mewakili kelompok. “Kelompok” dianggap sebagai kekuatan yang mampu memaksakan sesuatu kepada seorang blogger, dan akhirnya blogger itu mengadopsi cara-cara dan gaya dari beberapa “oknum” yang dianggap sebagai tetua dan sesepuh di dunia blog. Hal ini bukanlah sesuatu yang salah, tetapi menjadi kebablasan ketika akhirnya karakter dan ciri diri sendiri menjadi hilang ditelan ganasnya gelombang konformitas itu

Agresi

A. Pengertian agresi

Kesepakatan definisi agresi lahir pada tahun 1974, melalui resolusi Majelis Umum No. 3314 (XXIX), tentang Definition of Aggression. Pasal 1 resolusi tersebut menjelaskan agresi sebagai, “ …is the use of armed force by a state against the sovereignty, territorial integrity or political independence of another state, or in any other manner inconsistent with the charter of the united nations, as set out in this definition”. Definisi agresi tersebut merupakan pengulang apa yang telah diatur dalam pasal 2 (4) Piagam PBB bahwa setiap negara dilarang untuk menggunakan kekerasan bersenjata dalam hubungan internasionalnya.

Resolusi Majelis Umum membagi Agresi menjadi dua. Pertama, A war of aggression ( perang agresi) yang dikategorikan sebagai kejahatan terhadap perdamaian. Kedua, Aggression (agresi) yang menimbulkan tanggungjawab internasional (Pasal 5 ayat 2). Konsekuensi dari pembedaan tersebut adalah jika sebuah negara melakukaan perang agresi maka tanggungjawab dijatuhkan pada pribadi sebagai pelanggaran pidana internasional, namun jika sebuah negara hanya melakukan agresi maka tanggungjawabnya dibebankan kepada negara dengan melakukan reparasi

Sedangkan menurut Robert Baron yang dikutip Koeswara menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Menurut Moore dan Fine yang dikutip Koeswara berpendapat bahwa agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik atau pun verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-objek (1988: 5).

Scheneiders (1955), ia mengatakan bahwa agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampakkan dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal. Perilaku agresif menurut David O. Sears (1985) adalah setiap perilkau yang bertujuan menyakiti orang lain, dapat juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri seseorang.

B. Tujuan agresi

1. Agresi merujuk pada perilaku yang dimaksudkan untuk membuat bjeknya mengalami bahaya atau kesakitan

2. Pelampiasan rasa frustasi atau emosi

3. Untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan, atau kematian pada sasaran atau korban (1988: 5).

4. Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu (1988: 5).

C. Manfaat agresi

1. Adanya kemungkinan besar tujuan ataupun keinginan tertentu dapat tercapai dengan adanya agresi

2. Dapat melampiaskan rasa frustasi dan emosi terhadap sasaran atau korban

D. Ciri-ciri agresi

Menurut Abidin (2005) agresif mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:

1. Agresif merupakan tingkah laku yang bersifat membahayakan, menyakitkan, dan melukai orang lain.

2. Aresif merupakan suatu tingkah laku yang dilakukan seseorang dengan maksud untuk melukai, menyakiti, dan membahayakan orang lain atau dengan kata lain dilakukan dengan sengaja.

3. Aresi tidak hanya dilakukan untuk melukai korban secara fisik, tetapi juga secara psikis. (psikologis.) misalnya melalui kegiatan yang menghina atau menyalahkan.

E. Jenis agresi

Berkowitz membedakan agresi dalam dua macam, yaitu:

1. Agresi instrumental yaitu agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu

2. Agresi benci (impulsif) yaitu agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan, atau kematian pada sasaran atau korban (1988: 5).

Sedangkan Kenneth Moyer yang dikutip Koeswara merinci agresi kedalam 7 tipe yaitu:

1. Agresi predatori yaitu agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran objek alamiah (mangsa).

2. Agresi antarjantan yaitu agresi yang secara tipikal dibangkitkan oeh kehadiran sesama jantan pada suatu species.

3. Agresi ketakutan yaitu agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk menghindar dari ancaman

4. agresi tersinggung yaitu agresi yang dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau kemarahan, respons menyerang muncul terhadap stimulus yang luas (tanpa memilih sasaran), baik berupa objek-objek hidup maupun objek mati.

5. Agresi pertahanan (teritorial)yaitu agresi yang dilakukan oleh organisme dalam rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari ancaman atau gangguan dari anggota speciesnya sendiri

6. Agresi maternal yaitu agresi yang spesifik pada species atau organisme betina yang dilakukan dalam upaya melindungi anak-anaknya dari berbagai ancaman

7. Agresi instrumental yaitu agresi yang dipeajari, diperkuat (reinforced), dan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (1988: 6).

F. Sebab agresi

Para ahli mengemuakan beberapa teori penyebab agresi.

1. Konrad Lorenz mengemukakan “naluri agresif” sebagai pendorong tingkah laku agresif yang timbul pada manusia dan hewan.

2. Sigmund Freud menyebut faktor pendorong agresi dengan “naluri kematian”

3. Sedangkan Bandura tidak mau peduli dengan naluri-naluri, sebab dia lebih mengutamakan kecenderungan orang untuk mencontoh tingkah laku tokoh model untuk menerangkan tingkah laku agresi ini. Bandura lebih optimis dalam arti bahwa ia yakin tingkah laku manusia (termasuk agresi) dapat dibentuk, sesuai dengan model yang disajikan kepada orang tersebut.

Menurut Davidoff perilaku agresif remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Faktor biologis

Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu:

a. Gen. Gen tampakya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresif.

b. Sistem otak. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agersi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit netral yang mengendalikan agresi

c. Kimia darah. Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi

2. Faktor lingkungan

Yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu :

a. Kemiskinan. Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan. Hal yang sangat menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonimi dan moneter menyebabkan pembengklakan kemskinan yang semakin tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat agresi semakin besar

b. Anoniomitas. Terlalu banyak ranbgsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidal lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung menjadi anonim (tidak mempunyai identiras diri). Jika seseorang merasa anonim ia cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak terikkat dengan norma masyarakat da kurang bersimpati dengan orang lain.

c. Suhu udara yang panas. Suhu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresifitas.

d. Kesenjangan generasi. Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak

e. Amarah. Marah merupakan emosi yang memiliki cirri-ciri aktifitas system saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan akarena adanya kesalahan yang muingkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak. Pada saat amarah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresif

f. Peran belajar model kekerasan. Model pahlawan-pahlawan di film-film seringkali mendapat imbalan setelah mereka melakukan tindak kekerasan. Hal bisa menjadikan penonton akan semakin mendapat penguatan bahwa hal tersebut merupakan hal yang menyenangkan dan dapat dijadikan suatu sistem nilai bagi dirinya. Dengan menyaksikan adegan kekerasan tersebut terjadi proses belajar peran model kekerasan dan hali ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif.

g. Frustasi. Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh ssesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara merespon terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustasi yang behubungan dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan yang harus segera tepenuhi tetapi sulit sekali tercap[ai. Akibatnya mereka menjadi mudah marah dan berprilaku agresi.

h. Proses pendisiplinan yang keliru. Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja (Sukadji, Keluarga dan Keberhasilan Pendidikan, 1988). Pendidikan disiplin seperti akn membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain (Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, 1991).

Faktor pencetus terjadinya agresi adalah:

1. Frustasi yaitu situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan

2. Stres sebagai stimulus yang menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan intrapsikis.

3. Deindividuasi bisa mengarahkan individu kepada keleluasaan daam melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukannya menjadi lebih intens

4. Kekuasaan dan kepatuhan. Dimana adanya kecenderungan manusia menggunakan agresi sebagai instrumen untuk mencapai dan memelihara kekuasaan, dan kepatuhan itu sendiri diduga memiliki pengaruh yang kuat terhadap kecenderungan dan intensitas agresi individu

5. Efek senjata. Senjata memainkan peranan dalam agresi tidak saja karena fungsinya mengefektifkan dan mengefisienkan pelakasanaan agresi tetapi juga katera efek kehadirannya.

6. Provokasi. Provokasi dapat mencetus agresi karena provokasi itu oleh pelaku agresi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respons agresif untuk meniadakan bahaya yang diisyaratkan oleh ancaman itu.

7. Alkohol dan obat-obatan. Dimana minum alkohol secara berebihan oleh individu yang berkepribadian labil atau memiliki masalah psikiatris dan neorologis tertentu bisa mengarahkannya pada tindakan kekerasan atau agresi.

8. Suhu udara. Dimana pada musim panas lebih banyak terjadi tingkah laku agresif karena pada musim panas hari-hari “lebih panjang” dan individu punya keleluasaan an bertindak (1988:82-113).

G. Akibat agresi

1. Terjadinya kerusakan baik secara fisik maupun non fisik

2. Terjadinya perubahan

3. Timbulnya konflik

4. Terjadinya demonstrasi, perkeahian, bahkan sampai adanya kematian

H. Cara agresi

1. ucapan atau lisan dan tuisan seperti dengan cara memaki objek sasaran, mencoret-coret kertas yang untuk meampiaskan kemarahan dn ain sebagainya.

2. Fisik seperti dengan cara demonstrasi, huru-hara, aksi boiko, melempari batu ke arah objek sasaran dan lain-lain

I. Kasus

Kasus I

Para mahasiswa melakukan demonstrasi dengan tujuan supaya aspirasi para mahasiswa tersebut segera didengar dan ditanggapi oleh pemerintah. Aksi demonstrasi tersebut terkadang diwarnai dengan aksi kerusuhan. Para mahasiswa terlihat melakukan tindakan agresi seperti melempari batu ke arah aparat keamanan, memaki pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dan sebagainya.Tindakan agresi yang dilakukan oleh mahasiswa itu timbul sebagai salah satu bentuk pelampiasan rasa frustasi terhadap pemerintah serta perwujudan partisipasi politik mahasiswa. Sebelum mengeluarkan perilaku agresi, para mahasiswa memiliki kecenderungan berperilaku agresi (berupa emosi) yang nantinya dapat disalurkan dalam perilaku agresi. Kecenderungan berperilaku agresi ini yang dimaksud berkaitan dengan intensi atau niat yang dimiliki oleh ahasiswa mengenai kemungkinan mahasiswa tersebut akan bertindak agresi

Kasus II

Serangan yang dilakukan oleh Israel telah melanggar wilayah kedaulatan Palestina. Tujuan Israel yang ingin menjatuhkan Hamas, juga telah melanggar kemerdekaan politik di Palestina karena telah diketahui bersama bahwa Hamas merupakan kekuatan politik yang sah di Palestina (Gaza) setelah mereka memenangkan pemilu pada Juni 2007.

Tindakan Israel juga dapat diklasifikasikan sebagai Perang Agresi. Agresi yang dilakukan oleh Israel telah menimbulkan peperangan antara Hamas dengan Israel di Gaza. Dengan demikian maka tanggungjawab individu bisa dijatuhkan kepada pihak yang bertanggungjawab atas agresi Israel tersebut.

Serangan Israel ke Gaza memenuhi unsur agresi dan tidak memenuhi unsur bela diri. Hal ini berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam aturan-aturan hukum internasional. Dampak serangan tersebut menimbulkan kewajiban atas Israel. Pertanggungjawaban dalam hukum pidana internasional dijatuhkan kepada individu yang bertanggungjawab atas serangan tersebut. Mengacu pada aturan ICC, maka para pemimpin Israel bisa diajukan ke ICC karena telah memenuhi yurisdiksi mahkamah, dimana Israel telah melakukan agresi, kejahatan perang (crime against peace), dan kejahatan kemanusiaan

Kurikulum dan RPP

A. Pengertian Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

B. Pengertian Silabus

Silabus dapat didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran”(Salim, 1987:98). Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajarai siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Selain itu, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memerhatikan masukan evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.

C. Pengertian RPP

RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran dikelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Oleh karena itu, RPP harus mempunyai daya serap (applicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.

D. Jam Belajar Sosiologi Dengan SMA Pada Kelas Satu Sampai Kelas Tiga (Per Semester)

Kelas X semester 1 adalah 36 jam

Kelas X semester 2 adalah 38 jam

Kelas XI semester 1 adalah 54 jam

Kelas XI semester 2 adalah 57 jam

Kelas XII semester 1 adalah 54 jam

Kelas XII semester 2 adalah 36 jam

E. Standar Isi Menurut PERMENDIKNAS No.22 Tahun 2006 adalah:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.

Pasal 1

  1. Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang selanjutnya disebut standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam SI adalah kerangka dasar dan struktur kurikulum. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap semester dan setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 23 Mei 2006

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

TTD

BAMBANG SUDIBYO

F. Standar Kelulusan Sosiologi Dalam MEMPERDIKNAS No.23 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.

Pasal 1

  1. Standar kompetensi kelulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
  2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

Standar Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 tahun 2006.

Pasal 2

Peraturan menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 23 Mei 2006

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

TTD

BAMBANG SUDIBYO

G. Buku Teks Yang Disahkan Menurut UU PERMENDIKNAS Pasal 22/23/24 adalah

Buku yang sesuai dengan standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah.

Elit dan Pemuda

PERUBAHAN DARI ATAS : ELIT

Menurut Karl Mannheim, dalam masyarakat demokratis terdapat bermacam-macam elit, yang terpenting adalah elit politik, organisator, intelektual, seniman, moralis, dan elit agama. Mannheim yakin bahwa masyarakat demokratis liberal menghadapi krisis karena kekuatan yang sedang bekerja mengikis kelompok-kelompok elit ini beserta gengsi mereka.

Teori Elit dan Perubahan

Konsep ini mengingatkan pada Pareto dan Mosca. Pareto memandang masyarakat sebagai suatu sistem kekuatan yang berada dalam keadaan seimbang. Masyarakat ada 2 kategori utama: elit dan non-elit. Elit dipertahankan dengan kekuasaan. Pareto menerangkan fenomena kekuasaan dengan menggunakan variabel-variabel psikologis yang disebut “yang asli”, derivation, dan ampas (residues). Variabel ini berhubungan upayanya untuk menganalisis ide-ide yang berhubungan dengan perilaku. Residu adalah jelmaan perasaan yang berhubungan dengan pola yang stabil dan timbul berulang kali. Dua jenis residu terpenting adalah “naluri bergabung” dan naluri untuk “senantiasa berkumpul”.

Elit pemerintah terbentuk dari manusia yang dikuasai oleh naluri bergabung maka perubahan berlangsung cepat. Bila elit pemerintah terbentuk dari orang yang ciri-ciri utamanya “senantiasa berkumpul” maka stabilitas cenderung berlaku. Sifat senantiasa berkumpul berperan menstabilkan kebiasaan, dan naluri bergabung berperan mendorong perubahan. Naluri bergabung dan senantiasa berkumpul menciptakan struktur ekonomi sangat stabil dan struktur politik sangat kekal.

Kedua elit ini berganti-ganti memegang kekuasaan, karena terjadinya pergeseran kekuasaan elit. Ini dapat diatasi melalui sirkulasi elit, artinya pergantian anggota elit yang tidak cakap dengan orang lain dari elit yang tidak memerintah yang cakap melaksanakan kekuasaan. Teori elit dan perubahan yang lebih baru cenderung pada masyarakat sedang membangun, diantaranya pada teori psikologi sosial Hagen dan McClelland. Pendekatan yang lebih berbau sosialogi, dikemukakan oleh Shils, memperkenalkan elit intelektual sebagai pemrakarsa utama perubahan sosial di Asia dan Afrika.

Menurut Pareto, sedikit sekali terjadi perubahan yang berarti. Struktur sosial tidak berubah tapi hanya mengalami perubahan personilnya.

Studi Tentang Elit dan Perubahan

Martindale menemukan masyarakat elit intelektual (cina, india, israel, yunani) menjadi pendorong utama perubahan. Intelektual di masing-masing masyarakat itu sangat kreatif dan membimbing pembentukan tatanan masyarakat yang semakin rumpil. Perkembangan sosial berhubungan erat dengan peranan budayawan dan ilmuwan yang cenderung menentukan bidang kebijakan murni, khususnya mentalitas ilmiah. Menurut Martindale elit intelektual telah menjadi sumber penting yang mendorong kearah perubahan sosial.

Propogandis Nazi dikenal sebagai manusia marjinal, lebih khusus sebagai intelektual yang diasingkan. Propagandis Nazi secara khusus merupakan “sebuah kelas intelektual yang lahir dan dibesarkan di dalam elit kekaisaran Weimar jerman yang diasingkan dari struktur simbol yang berlaku dikalangan elit yang membesarkannya”.

Peran elit ini berbeda-beda pada masyarakat tradisional, elit penguasa memberikan perlawanan yang kuat terhadap perubahan. Pada negara modernisasi, ditemukan elit yang sangat aktif memimpin pembangunan. Dari pola perilaku elit dapat disimpulkan 2 hal penting: pertama, ada bermacam-macam jenis elit, dan kedua, akibat perubahan terhadap elit adalah rumpil dan kadang-kadang berbeda dari, dan bertentangan dengan tujuan mereka sendiri.

Singkatnya peran elit adalah: administrator mengarah peralihan fungsi elit dari cara-cara tradisianal ke birokratis. Agitator berjuang menghancurkan sistem otoriter dan meningkatkan partisipasi umum dalam kehidupan politik. Pemersatu berfungsi baik dalam suasana tradisional maupun modern, kemampuan mereka memanfaatkan sumber kekuatan tradisional, membuat peranan mereka efektif dalam pembangunan ekonomi di negara. Propogandis ideologi berjuang untuk menyatukan yang tradisional dan yang modern menjadi landasan ideologi bersama Broker politik, membedakan berbagai kepentingan khusus dan menghubungkannya dengan sistem pemerintahan.

Elit menyokong berbagai kepentingan. Peranan mereka penting terutama mengarahkan perubahan dalam masyarakat tertentu. Aktivitas elit adalah bagian dari perubahan di semua tingkat realitas sosial.

Elit dan Perubahan: Kesimpulan

1. Elit setiap masyarakat adalah kelompok yang heterogen. Hubungan antara elit dan perubahan juga mengalami heterogenitas elit.

2. Elit dapat merintangi maupun mendorong perubahan, dan menyesuaikan diri maupun menimbulkan perubahan. Elit bertindak ambivalen terhadap perubahan.

3. Berbagai tipe pemimpin mungkin menghendaki berbagai jenis perubahan dan berbagai jenis situasi. Pimpinan karismatis dapat bertentangan dengan tuntutan pembangunan bangsa.

4. Berbagai jenis elit yang berbeda mingkin efektif di dalam kultur dan keadaan sosio-historis yang berbeda pula. Kesimpulan no 3 diatas menerangkan elit dan perubahan dalam masyarakat yang sama sepanjang waktu. Kesimpulan no 4 berkaitan dengan berbagai masyarakat. Jenis perubahan mendasar yang sama dalam masyarakat yang berbeda, memerlukan jenis elit yang berbeda.

PERUBAHAN DARI BAWAH : PEMUDA

Pemuda adalah pelopor perubahan dan perubahan malah lebih buruk. Sebaliknya pemuda sering membayangkan diri mereka sebagai pelopor perubahan dan yakni bahwa perubahan malah lebih baik.

1. Konservatisme Pemuda

Terdapat konservatisme yang sangat besar dikalangan pemuda. Terdapat kesamaan dan perbedaan antara mahasiswa dan non-mahasiswa. Non-mahasiswa cenderung lebih konservatif ketimbang mahasiswa tentang sebagian besar isu politik, juga perbedaan antar kelompok. Kebanyakan mahasiswa di AS telah selalu mempersiapkan diri untuk mengisi posisi elit ketimbang melatih diri untuk mengubah masyarakat bebas. Namun demikian pemuda mahasiswa kurang konservatif dibanding pemuda yang langsung bekerja setamat SLTA. Pendidikan selaku pemisah/penentu generasi, sama pentingnya dengan usia. Konservatisme adalah kuat di kalangan pemuda.

2. Radikalisme pemuda

Meski mayoritas pemuda berpandangan konservatif/moderat, lebih banyak pemuda berpandangan ekstrem dibanding orang dewasa. Radikalisme dalam arti komitmen terhadap perubahan fundamental dalam struktur sosial.

Tingkat keterangan pemuda dari tatanan sosial yang ada dilihat sedemikian hebatnya sehingga pemuda hanya dapat dipahami bila dilihat dari sudut kultur tandingannya. Sejumlah peristiwa telah menambah keterangan pemuda dan pertumbuhan radikalisme. Mahasiswa banyak yang menjadi aktivis. Radikalisasi selalu menimbulkan keyakinan baru, tertarik pada ideologi baru.

Semua ideologi radikal mempunyai komitmen terhadap perubahan fundamental struktur sosial. Matzo mengemukakan 3 tema yang menandai radikalisme mahasiswa modern, yakni pandangan tentang wahyu, populisme dan pengabar injil. Pandangan tentang wahyu mengacu pada keyakinan akan munculnya dunia yang lebih baik. Populisme adalah keyakinan akan kreatifitas dan manfaat rakyat banyak dan dengan demikian dunia baru yang lebih baik itu akan membebaskan rakyat. Pengabar injil mengacu pada upaya untuk mendapatkan anggota dan dukungan atas gerakan mereka.

Mahasiswa radikal berbeda cara mempengaruhi perubahan di dunia modern sebagian mengantarkan revolusi dengan kekerasan sedang yang lain menuntut perubahan dengan tanpa kekerasan. Pemuda radikal cenderung mengabaikan keberadaan sejumlah besar pemuda konservatif dan moderat maupun fluktuasi historis radikalisme dan sebaliknya.

Pemuda dan Perubahan

Pemuda telah menonjol dalam berbagai gerakan sosial dan revolusi. Perjalanan modernisasi di zaman Meiji di Jepang sangat di dorong oleh pemuda. Pemuda jepang merasa bahwa generasi yang lebih tua, lebih merintang ketimbang menghendaki perubahan. Peranan pemuda juga menonjol di Jerman sebelum PD II dan cenderung memandang diri mereka sendiri cukup murni untuk membangun masyarakat kembali kegiatan politik sangat hebat di kalangan pemuda.

Studi dan rekreasi sangat ditentukan oleh superioritas di kalangan mahasiswa, mereka lebih mempunyai pandangan kolektif ketimbang individualistis.

Tanggal 4 mei permulaan perjuangan terorganisasi dalam mendapatkan dukungan massa rakyat untuk melancarkan perubahan radikal. Kejadian 4 mei dan kegiatan pemuda berikutnya adalah cerminan kehidupan cina baru maupun langkah penting dalam mencapai tatanan sosial baru. Pimpinan cina terus menekankan peranan pemuda dalam melanjutkan revolusi dan dalam pembangunan cina.

Pemuda dan Perubahan : Kesimpulan Spekulatif

Cara menerangkan peranan pemuda dalam perubahan sosial, dapat dilihat mayoritas pemuda di AS lebih memusatkan perhatian untuk mengamankan posisi mereka sendiri di dalam tatanan sosial, sejumlah pendapat :

1. Status pemuda umumnya akan mendorong kepentingan mereka untuk mempengaruhi perubahan. Pemuda termasuk orang yang mengalami korban status, mereka akan menerima komitmen terhadap perubahan.

2. Pemuda mungkin akan mempelopori perubahan bila terdapat kontradiksi nyata antara ideologi dan realitas. Pemuda di setiap masyarakat umumnya tidak punya komitmen ekonomi dan psikologi atas tatanan sosial yang ada, karena itu mereka jadi sumber potensial perubahan, bila ideologi dan realitas kehidupan sangat bertentangan.

3. Keinginan pemuda untuk melibatkan diri dalam perubahan merupakan fungsi dan faktor struktural tertentu. Tingginya tingkat polarisasi, ideologi, tak memadainya lapangan kerja untuk pemuda terpelajar, rendahnya mutu universitas, dan kenyataan bahwa pemuda mungkin merupakan satu-satunya kelompok yang ingin dan mampu melaksanakan perubahan.

Mannheim menyatakan bahwa perubahan yang cepat sangat penting artinya dalam meningkatkan perbedaan antar generasi. Pemuda dapat mempengaruhi perubahan bekerjasama dengan orang dewasa melalui sumbangan mereka terhadap ilmu pengetahuan dan berbagai jenis inovasi lain, tetapi pemuda rupanya tak dapat mempengaruhi perubahan politik yang berarti tanpa konflik antar generasi.