Jumat, 28 Mei 2010

Konformitas

A. Pengertian konformitas

Ada beberapa pengertian konformitas menurut para ahli, yaitu:

Konformitas menurut Brehm dan Kassin adalah kecenderungan untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok

Menurut Stanley Milgram (1975) konformitas adalah perilaku yang mengikuti suatu kelompok yang didorong oleh keinginan individu itu sendiri, dimana kelompok tersebut tidak memiliki suatu hak yang spesial untuk mengarahkan tingkah laku individu tersebut.Menurut Soerjono Soekanto konformitas berarti penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan norma dan nilai masyarakat. Jon M Shepard mendefinisikan Conformity sebagai “the type of social interaction in which an individual behaves toward others in ways expected by the group”. Jadi konformitas adalah seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan merupakan bentuk interaksi yang di dalamnya kelompok

M. Sherif, konformitas berarti keselarasan,kesesuaian perilaku individu-individu anggota masyarakat dengan harapan-harapan masyarakatnya, sejalan dengan kecenderungan manusia dalam kehidupan berkelompok membentuk norma sosial.

B. Tujuan konformitas

1. Untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok

2. Agar seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompoknya .

3. Untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman.

4. Seseorang akan merasa lebih diterima oleh kelompok jika bertingkah laku dan bersikap sesuai dengan lingkungan sekitar.

C. Manfaat konformitas

1. Sesuatu yang diharapkan dan diinginkan akan didapat dengan adanya konformitas

2. Seseorang dapat berprilaku sesuai dengan yang diharapkan kelompoknya

3. dapat terubahnya persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dengan norma kelompok

D. Ciri-ciri konformitas

Konformitas sebuah kelompok acuan dapat mudah terlihat dengan adanya
ciri-ciri yang khas. Sears (1991:81-86) mengemukakan secara eksplisit bahwa

konformitas remaja ditandai dengan hal sebagai berikut:

1. Kekompakan
Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan seseorang tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan seseorang dengan kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut.

2. Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga seseorang harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok.

3. Kepercayaan
Penurunan melakukan konformitas yang drastis karena hancurnya
kesepakatan disebabkan oleh faktor kepercayaan. Tingkat kepercayaan

terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat,

meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila

dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Bila seseorang

sudah tidak mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka hal ini dapat mengurangi ketergantungan individu terhadap kelompok sebagai sebuah kesepakatan.

4. Persamaan Pendapat

Bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat dengan anggota kelompok yang lain maka konformitas akan turun. Kehadiran orang yang tidak sependapat tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan yang dapat berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok. Jadi dengan persamaan pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin tinggi

5. Ketaatan
Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada seseorang membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga. Tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman adalah salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan. Dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan menimbulkan ketaatan yang semakin besar.

E. Jenis konformitas

Bentuk konformitas seseorang terhadap orang yang mempengaruhinya berbeda-beda bergantung pada siapa dan bagaimana proses pengaruh sosial itu dilakukan. Ada beberapa tipe konformitas, yaitu:

1. Tipe konformitas membabi Buta. Jika konformitas itu diwarnai sikap masa bodoh dalam arti meniru atau mengikuti apa yang menjadi kemauan orang lain tanpa pemahaman ataupun penghayatan, tanpa pertimbangan, pemikiran dan/atau perasaan.

2. Tipe konformitas identifikasi. Jika konformitas diwarnai dengan kharisma dari orang yang mempengaruhi sehingga seseorang yang dipengaruhi percaya, mengakui, menerima, tanpa rasa takut akan sanksi atas sikap non-konformitasnya, dan juga tanpa harapan akan imbalan atas sikap konformitasnya

3. Tipe konformitas internalisasi. Jika konformitas diwarnai sikap kebebasan untuk menentukan konformitas atau non-konformitas dengan didasarkan pertimbangan rasio, perasaan , pengalaman, hati nurani, dan semangat untuk menentukan pilihan-pilihan dalam bersikap dan bertingkah laku

Jenis konformitas yang lain adalah:

1. Compliance yaitu konformitas yang benar-benar bertentangan dengan keinginan kita, dilakukan untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman

2. Acceptance, yaitu ada beberapa hal yang dapat kita jadikan alasan untuk melakukan konformitas tersebut, tidak sepenuhnya kita ingkari

F. Sebab terjadi konformitas

Menurut penelitian Rahayu Sumarlin tahun 2009, bahwa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya konformitas adalah:

1. Memiliki ikatan yang kuat terhadap kelompoknya

2. Merasa bahwa kelompoknya merupakan hal yang penting dalam hidupnya dan sangat besar pengaruhnya

3. Ukuran kelompok karena besarnya jumlah anggota kelompok yang sangat berpengaruh dan cenderung untuk lebih memilih anggota kelompok dengan jumlah yang banyak

4. Suara bulat karena lebih memilih keputusan bersama dari pada memperhatikan pendapat sendiri

5. Status karena tingginya status seseorang yang ada dikelompok dianggap bisa dijadikan contoh karena ada sesuatu hal yang lebih dari orang tersebut

6. Tanggapan umum seperti lebih percaya fakta dari pada kabar yang baru didengar

7. Komitmen umum seperti tidak mempunyai komitmen terhadap siapapun

8. Pengaruh informasi karena subjek bisa memperoleh informasi dari kelompoknya tersebut

9. Kepercayaan terhadap kelompok karena subjek sudah mengenal lama kelompoknya sehingga subjek percaya terhadap pendapat kelompoknya

10. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian diri sendiri karena merasa tidak percaya diri dan tidak yakin kepada diri sendiri sehingga membuat subjek menjadi bergantung kepada teman-temannya

11. Rasa takut terhadap celaan sosial dan penyimpangan seperti mau melakukan apa saja untuk kelompok agar tidak disisihkan dan di cela

Hal-hal yang mempengaruhi adanya Konformitas menurut David O. Sears, Jonathan L.Freedman, L.Anne Peplau , 1985 adalah:

1. Kurangnya Informasi. Orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui; dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan memeperoleh manfaat dari pengetahuan mereka.

2. Kepercayaan terhadap kelompok. Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Individu ingin memberikan informasi yang tepat. Oleh karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok

3. Kepercayaan diri yang lemah. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin tinggi tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika dia merasa yakin akan kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin turun tingkat konformitasnya

4. Rasa takut terhadap celaan sosial. Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya. Tetapi, sejumlah faktor akan menentukan bagaimana pengaruh persetujuan dan celaan ibi terhadap tingkat konformitas individu.

5. Kekompakan kelompok. Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi.

6. Kesepakatan kelompok. Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat akan mendapat tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Namun, bila kelompok tidak bersatu akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas.

7. Ukuran kelompok. Konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat, setidak-tidaknya sampai tingkat tertentu. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilder (1977) disimpulkan bahwa pengaruh ukuran kelompok terhadap tingkat konformitas tidak terlalu besar, melainkan jumlah pendapat lepas (independent opinion) dari kelompok yang berbeda atau dari individu merupakan pengaruh utama

8. Keterikatan pada penilaian bebas. Orang yang secara terbuka dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlainan. Atau dengan kata lain keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat.

9. Keterikatan terhadap Non-Konformitas. Orang yang, karena satu dan lain hal, tidak menyesuaikan diri pada percobaan-percobaan awal cenderung terikat pada perilaku konformitas ini. Orang yang sejak awal menyesuaikan diri akan tetap terikat pada perilaku itu

G. Akibat konformitas

1. Perilaku yang berbeda dari aturan kelompok dianggap suatu pelanggaran walaupun seseorang berprilaku benar

2. Ada suatu “tekanan” yang tidak kelihatan dari lingkungan sekitar yang memaksa seseorang agar bertingkah laku sesuai dengan apa yang diharapkan kelompok .

3. Karakter dan ciri diri sendiri menjadi hilang ditelan ganasnya gelombang konformitas itu

H. Cara terjadinya konformitas

1. Menurut ( Ross, Bierbauer & Stoffman, 1976 ) pada teori Social Comparison Theory, seseorang akan konform dengan kelompoknya karena ia menilai bahwa kelompok tersebut benar, dan dia merasa takut kalau ditolak.

2. Kemungkinan lain terjadinya konformitas adalah karena adanya konflik. Apabila ada perbedaan pendapat antara seseorang dengan kelompoknya maka akan timbul perasaan tidak enak. Dalam kondisi demikian, jelas yang paling aman adalah konformitas

I. Kasus

Kasus I

Bagi para remaja yang sedang mencari identitas, salah satu cara untuk melakukan identifikasi adalah melalui dengan kelompok teman sebaya, yang memiliki kesamaan. Remaja cenderung mengikuti nilai-nilai yang ada dalam kelompok tersebut, kecenderungan tersebut dikenal dengan konformitas. Salah satu bentuk ujud nyata dari konformitas yaitu intensi membeli handphone terbaru. Dengan memiliki handphone dengan merk dan fasilitas canggih yang sama dengan kelompok maka kehadiran remaja tersebut dalam kelompok akan lebih diterima.

Baik remaja putra maupun putri pasti melakukan konformitas dengan kelompok. Apalagi pada zaman ini handphone sudah dapat dipakai oleh semua kalangan, termasuk remaja sebagai salah satu konsumen yang terbesar. Dimana model handphone sekarang sangat trendi dan juga ditunjang dengan fasilitas-fasilitas yang canggih. Hal tersebut tentunya menjadi salah satu sorotan bagi remaja yang selalu mengikuti mode-mode terbaru. Dengan memakai produk-produk terbaru maka remaja akan merasa tidak ketinggalan zaman. Apalagi memiliki handphone yang sama dengan yang kelompok pakai baik merk dan fasilitas canggih yang dimiliki handphone tersebut, akan menjadi suatu kepuasan psikologis bagi remaja tersebut, dan kehadirannya dalam kelompok tersebut diakui

Kasus II

Di dunia blog juga seperti itu. Saya yakin banyak yang konform agar dapat diterima oleh komunitas “maya” tempatnya bergabung. Banyak yang mengikuti dan menjadi “antek-antek” dari seseorang yang dianggap sebagai “hero” dan dipersepsikan sebagai suara yang mewakili kelompok. “Kelompok” dianggap sebagai kekuatan yang mampu memaksakan sesuatu kepada seorang blogger, dan akhirnya blogger itu mengadopsi cara-cara dan gaya dari beberapa “oknum” yang dianggap sebagai tetua dan sesepuh di dunia blog. Hal ini bukanlah sesuatu yang salah, tetapi menjadi kebablasan ketika akhirnya karakter dan ciri diri sendiri menjadi hilang ditelan ganasnya gelombang konformitas itu

2 komentar: